Gradasi agregat merupakan salah satu sifat yang sangat menentukan kinerja perkerasan pada jalan. Setiap perkerasan jalan mempunyai gradasi agregat tertentu yang dapat dilihat di dalam setiap sfesifikasi material perkerasan jalan.
Agregat sering kali ditemukan didalam berbagai bentuk, seperti batuan masif di sebuah bukit,atau sebagai bawaan dari aliran sungai. Sebelum digunakan sebagai material perkerasan jalan, agregat ini harus diolah terlebih dahulu, sehingga diperoleh ageregat dengan gradasi sepert yang diminta didalam spesifikasi pekerjaan. Pengolahan dapat melalui mesin pemecah batu, atau secara manual dengan menggunakan tenagan manusia.
Ageragat hasil poduksi dari mesin pemecah batu dipisahkan berdasarkan kelompok ukurannya, dan agregat yang dapat digunakan sebagaimana ditemukan di alam mempunyai gradasi sendiri. Jadi, pada umumnya agregat yang tersedia di lapangan, baik sebagai hasil produksi mesin pemecah batu, maupun sebagaimana bentuk dan ukurannya di alam, belum memenuhi gradasi agregat sebagaimana yang disyaratkan di dalam spesifikasi pekerjaan. Untuk itu diperlukan pencampursn dari berbagai ukuran agregat seperti yang tersedia di lapangan.
Berdasarkan ukuran dominan dari kelompok agregat yang tersedia, agregat dapat dikeompokkan menjadi fraksi agregat kasar, fraksi agregat halus, dan fraksi abu batu. Jika terdapat lebih dari tiga kelompok agregat yang hendak dicampur, maka disamping pengelompokkan agregat diatas dapat ditambah pula dengan fraksi agregat sedang.
Fraksi agregat kasar adalah kumpulan agregat yang butir-butir agregatnya dominan terdiri dari ageregat kasar, sedikit agregat halus dan abu batu. Fraksi agregat halus adalah kumpulan agregat yang butir-butir agregatnya dominan terdiri dari agregat halus, sedikit agregtat kasar dan abu batu. Fraksi abu batu adalah kumpulan agregat yang butir-butir agregatnaya dominant terdiri dari abu batu , sedikit agregat kasar dan halus. Setiap fraksi agregat memepunyai gradasi yang dapat diketahui dari hasil pengujian analistis saringan.
Agregat campuran adalah agregat yang diperoleh dari mencampur secara proforsional fraksi agregat kasar, fraksi agregat halus, dan fraksi abu batu. Proporsi dari masing-masing fraksi agregat di rancang secara proprosional sehingga diperoleh gradsi agregat yang diinginkan. Agregat campuran adalah hasil pencampuran dar a % fraksi agregat kasar dengan b % fraksi agregat halus dan c % fraksi abu batu., dengan a+b+c=100%.
Agregat campuran memiliki gradasi baru yang tidak sama dengan gradasi masing-masing fraksi pembentuk agregat campuran, tetapi gradasi yang memenuhi spesifikasi yang direncanakan. Metode merancang proporsi campuran untuk nilai a,b,c dari masng-masing fraksi yang dicampur trediri dari metode analitis dan metode grafis. Hasil rancangan selanjutnya dikalibrasikan di lapangan, sesuai alat pencampur yang akan digunakan.
Pelaksanaan pekerjaan di lapangan mempergunakan alat-alat berat, dan agregat yang digunakan pun dalam jumlah besar. Hal ini mengakibatkan tak pernah diperoleh satu lengkung gradasi agregat campuran selama pelaksanaan. Berdasarkan hal itu, agregat campuran setiap jenis perkerasan mempunyai gradasi agregat yang terletak dalam satu rentang nilai. Batasan ini biasanya dinamakan batasan gradasi agregat, atau disebut juga sfesifikasi gradasi agregat campuran. Jadi, sfesifikasi agregat campuraran adalah nilai rentang gradasi agregat campuran yang diperbolehkan tejadi di lapangan.Gradasi tengah adalah gradsi agregat yang merupakan nilai tengah dari rentang gradsi agregat yang diberikan dalam sfesifikasi. Gradsi tengah ini seringkali disebut sebagai gradasi ideal dari sfesifikasi campuran.
14 Juni 2009
13 Juni 2009
08 Juni 2009
BETON ASPAL
Beton aspal adalah jenis perkerasan jalan yang terdiri dari campuran agregat dan aspal, dengan atau tanpa bahan tambahan. Material-material pembentuk beton aspal dicampur di instalasi pencampuran pada suhu tertentu, kemudian diangkut ke lokasi, di hamparkan dan di padatkan. Suhu pencampuran ditentukan berdasarkan jenis aspal yang akan digunakan. Jika digunakan semen aspal, maka suhu pencampuran umumnya antara 145º - 155º C, sehingga disebut beton aspal campuran panas. Campuran ini dikenal pula dengan nama hotmix.
Beton aspal yang menggunakan aspal cair dapat dicampur pada suhu ruang, sehingga dinamakan coldmix.
Karakteristik Beton Aspal
Tujuh karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh beton aspal adalah stabilitas, keawetan atau durabilitas, kelenturan atau fleksibilitas, ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance), kekesatan permukaan atau ketahanan geser, kedap air, dan kemudahan pelaksanaan.
Stabilitas adalah kamampuan perkerasan jalan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur dan bleeding. Kebutuhan akan stabilitas sebanding dengan fungsi jalan, dan beban lalu lintas yang akan dilayani. Jalan yang melayani volume lalu lintas tinggi dan dominan terdiri dari kendaraan berat, membutuhkan perkerasan jalan dengan stabilitas tinggi. Sebaliknya perkerasan jalan yang diperuntukkan untuk melayani lalu lintas kendaraan ringan tentu tidak perlu mempunyai nilai stabilitas yang tinggi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai stabilitas beton aspal adalah :
1)Gesekan internal, yang dapat berasal dari kekasaran pemukaan dari butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal film aspal. Stabilitas terbentuk dari kondisi gesekan internal yang terjadi diantara butir-butir agregat, saling mengunci dan mengisinya butir-butir agregat, dan masing-masing butir saling terikat akibat gesekan antar butir dan adanya aspal. Kepadatan campuran menentukan pula tekanan kontak, dan nilai stabilitas campuran. Pemilihan agregat bergradasi baik atau rapat akan memeperkecil rongga antara agregat, sehingga aspal yang dapat ditambahkan dalam campuran menjadi sedikit. Hal ini berakibat film aspal menjadi tipis. Kadar aspal yang optimal akan memeberikan nilai stabilitas yang maksimum.
2)Kohesi, adalah gaya ikat aspal yang berasal dari daya lekatnya , sehingga mampu memelihara tekanan kontak antar butir agregat. Daya kohesi terutama ditentukan oleh penetrasi aspal, perubahan viskositas akibat temperatur, tingkat pembebanan, komposisi kimiawi aspal, efek dari waktu dan umur aspal. Sifat rheologi aspal menentukan kepakaan aspal untuk mengeras dan rapuh, yang akan mengurangi daya kohesinya.
Keawetan atau durabilitas adalah kemampuan beton aspal menerima repetisi beban lalu lintas seperti berat kendaraan dan gesekan antara roda kendaraan dan permukaan jalan, serta menahan keausan akibat pengaruh cuaca dan iklim, seperti udara , air atau perubahan temperatur. Durabilitas beton aspal dipengaruhi oleh tebalnya film atau selimut aspal, banyaknya pori dalam campuran, kepadatan dan kedap airnya campuran. Selimut aspal yang tebal akan membungkus agregat secara baik, beton aspal akan lebih kedap air, sehingga kemampuannya menahan keausan semakin baik.Teatapi semakin tebal selimut aspal, maka semakin mudah terjadi bleeding yang mengakibatkan jalan semakin licin. Besarnya pori yang tersisa dalam campuran setelah pemadatan, mengakibatkan durabilitas beton aspal menurun. Semakin besar pori yang tersisa semakin tidak kedap air dan semakin banyak udara di dalam beton aspal, yang menyebabkan semakin mudahnya selimut aspal beroksidasi dengan udara dan menjadi getas, dan durabilitasnya menurun.
Kelenturan atau fleksibilitas adalah kemampuan beton aspal untuk menyesuaikan dri akibat penurunan (konsolidasi/settlement) dan pergerakan dari pondasi atau tanah dasar, tanoa terjadi retak. Penurunan terjadi akibat dari rpetisi beban lalu lintas, ataupun penurunan akibat berat sendiri tanah timbunan yang dibuat di atas tanah asli. Fleksibiitas dapat ditingkatkan dengan mempergunakan agregat bergradasi terbuka dengan kadar aspal yang tingg.
Ketahanan terhadap kelelahan (fatique resistance) adalah kemampuan beton aspal menerima lanjutan berulang akibat repetisi beban, tanpa terjadinya kelelahan berupa alur dan retak. Hal ini dapat tercapai jika mempergunakan kadar aspal yang tinggi.
Kekesatan/tahanan geser (skid resistance) adalah kemampuan permukaan beton aspal terutama pada kondisi basah, memberikan gaya gesek pada roda kendaraan sehingga kendaraan tidak tergelincir ataupun slip. Faktor-faktor untuk mendapatkan kekesatan jalan sama dengan untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi, yaitu kekasaran permukaan dari butir-butir agregat, luas bidang kontak antar butir atau bentuk butir, gradasi agregat, kepadatan campuran, dan tebal film aspal. Ukuran maksimum butir agregat ikut menentukan kekesatan permukaan. Dalam hal ini agregat yang digunakan tidak saja harus mempunyai permukaan yang kasar, tetapi juga mempunyai daya tahan untuk permukaannya tidak mudah menjadi licin akibat repetisi kendaraan.
Kedap air (impermeabilitas) adalah kemampuan beton aspal untuk tidak dapat dimasuki air ataupun udara kadalam lapisan beton aspal. Air dan udara dapat mengakibatkan percepatan proses penuaan aspal, dan pengelupasan film/selimut aspal dari permukaan agregat. Jumlah pori yang tersisa setelah beton aspal dipadatkan dapat menjadi indikator kekedapan air campuran. Tingkat impermebilitas beton aspal berbanding terbalik dengan tingkat durabilitasnya.
Mudah dilaksanakan (workability) adalah kemampuan campuran beton aspal untuk mudah dihamparkan dan dipadatkan. Tingkat kemudahan dalam pelaksanaan, menentukan tingkat efisiensi pekerjaan. Faktor yang mempengaruhi tingkat kemudahan
dalam proses penghamparan dan pemadatan adalah viskositas aspal, kepekaan aspal terhadap perubahan temperature, dan gradasi serta kondisi agregat. Revisi atau koreksi terhadap rancangan campuran dapat dilakukan jika ditemukan kesukaran dalam pelaksanaan.
Ketujuh sifat beton aspal ini tak mungkin dapat dipenuhi sekaligus oleh satu jenis campuran. Sifat-sifat beton aspal mana yang dominan lebih diinginkan, akan menentukan jenis beton aspal yang dipilih. Hal ini sangat perlu diperhatikan ketika merancang tebal perkerasan jalan. Jalan yang melayani lalu lintas ringan, seperti mobil penumpang, sepantasnya lebih memilih jenis beton aspal yang mempunyai sifat durabilitas dan fleksibilitas yang tinggi, daripada memilih jeni beton aspal dengan stabilitas tinggi.
05 Juni 2009
BENTUK BUMI DAN ELIPSOID
Permukaan bumi (fisik) bentuknya tidak teratur, namun mendekati bentuk permukaan elipsoida (elips putar) dengan ukuran tertentu.
Pada suatu pemetaan, peta bumi dapat diasumsikan sebagai :
1.Bidang Datar, yakni bila wilayah pemetaan < 55 Km persegi
2.Permukaan Bola, yakni bila wilayah pemetaan > 55 Km persegi dan < 100 Km persegi
3.Ellipsoid, yakni bila wilayah pemetaan > 100 Km persegi
Catatan : “Untuk bentuk bumi / ellipsoid, maka hasil pengamatan perlu dilakukan reduksi – reduksi (koreksi – koreksi)”.
Berdasarkan luas daerah, pengukuran digolongkan dalam dua kelas, yaitu :
1.Kelas Pengukuran Tanah ( Ilmu Ukur Tanah ), yakni kelas pengukuran dimana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar (reduksi – reduksi diabaikan ).
2.Kelas Pengukuran Geodesi, yakni kelas pengukuran dimana permukaan bumi tidak lagi dianggap suatu bidang datar, sehingga reduksi harus diperhitungkan (kelengkungan bumi ). Ilmu menghitung parameter – parameter (reduksi ) pada pengukuran geodesi dikenal dengan “ Ilmu Proyeksi Peta “.
POSISI TITIK
Posisi Titik disuatu tempat dinyatakan dengan :
1.Posisi Horizontal (x , Y )
2.Posisi Vertikal ( Z )
Posisi Horizontal ( di Permukaan Bumi )
Posisi Horizontal di permukaan bumi dinyatakan oleh perpotongan garis meridian dan garis paralel yang melalui titik tersebut, dimana posisi ini disebut dengan Posisi Geografis / Posisi Geodetis.
Garis Meridian adalah lingkaran besar yang melalui Kutub Utara dan Kutub selatan, dimana garis ini disebut dengan garis “ Bujur “. Refernsi untuk garis bujur adalah bujur 0, dimana garis meridian ini melewati kota Greenwich di England. Untuk bujur yang berada di Timur referensi disebut dengan Bujur Timur ( 0° s/d 180° BT ) dan yang berada di Barat referensi disebut dengan Bujur Barat ( 0° s/d 180° BT )
Symbol untuk meridian (bujur ) adalah £(lamda ).
Garis Paralel, adalah lingkaran – lingkaran kecil yang sejajar dengan lingkaran equator (Khatulistiwa ) Garis ini disebut “ Garis Lintang “. Referensi untuk Garis Lintang adalah lingkaran Equator ( Lingkaran besar yang membelah Bumi Utara – Selatan sama besar, atau disebut juga garis Khatulistiwa. Lintang yang berada disebelah utara equator (+) disebut Lintang Utara ( 0 – 90° LU ) dan yang berada di selatan (-) disebut Lintang Selatan (0 – 90° LS ), symbol yang dipakai adalh µ( phy ). Posisi titik dalam system ini (Bujur dan Lintang ) disebut dengan “ Sistem Koordinat Geodesi / Geogafi “ dengan symbol (lamda dan phy ).
Bidang Datar ( Peta )
Posisi Horizontal titik pada bidang dataran (bidang proyeksi ) dinyatakan dengan dengan system koordinat kartesien / kartesius / salib sumbu. Dimana Posisi Horizontal titik dinyatakan dengan absis ( x ) dan ordinat ( y ) atau merupakan perpotongan absis dan ordinat. Titik pangkal perpotongan absis dan ordinat yang dipakai sebagai referensi adalah titik ( 0, 0 ). Absis disebelah dari titik pangkal dinyatakan dengan harga plus ( + ) dan absis disebelah kiri dinyatakan dengan minus ( - ), demikian juga untuk ordinat yang berada disebelah utara / atas titik pangkal dinyatakan dengan harga plus ( + ) dan yang berada disebela selatan / bawah dinyatakan dengan harga minus ( - ). Absis dan Ordinat ini disebut “ Koordinat Proyeksi “.
Ketentuan – ketentuan yang berlaku dalam Ilmu Ukur Tanah terhadap system Koordinat Kartesius.
1.Sumbu Y Positif dihitung kearah Utara dan Negatif kearah Selatan.
2.Sumbu X Positif dihitung kearah Timur dan Negatif kearah Barat.
3.Kwadran I terletak diantara X Positif dan Y Positif.
4.Kwadran II terletak diantara X Positif dan Y Negatif.
5.Kwadran III terletak diantara X Negatif dan Y Negatif.
6.Kwadran IV terletak diantara X Negatif dan Y Positif.
Posisi Vertikal (di Bumi adanya dibidang datar )
Posisi Vertikal suatu titik adalah ketinggian titik tersebut dari suatu bidang referensi. Bidang referensi vertkal yang umum digunakan adalah permukaan laut rata – rata. ( Mean Sea Level / MSL ). Lambang yang sering dipergunakan adalah H.
Pada suatu pemetaan, peta bumi dapat diasumsikan sebagai :
1.Bidang Datar, yakni bila wilayah pemetaan < 55 Km persegi
2.Permukaan Bola, yakni bila wilayah pemetaan > 55 Km persegi dan < 100 Km persegi
3.Ellipsoid, yakni bila wilayah pemetaan > 100 Km persegi
Catatan : “Untuk bentuk bumi / ellipsoid, maka hasil pengamatan perlu dilakukan reduksi – reduksi (koreksi – koreksi)”.
Berdasarkan luas daerah, pengukuran digolongkan dalam dua kelas, yaitu :
1.Kelas Pengukuran Tanah ( Ilmu Ukur Tanah ), yakni kelas pengukuran dimana permukaan bumi dianggap sebagai bidang datar (reduksi – reduksi diabaikan ).
2.Kelas Pengukuran Geodesi, yakni kelas pengukuran dimana permukaan bumi tidak lagi dianggap suatu bidang datar, sehingga reduksi harus diperhitungkan (kelengkungan bumi ). Ilmu menghitung parameter – parameter (reduksi ) pada pengukuran geodesi dikenal dengan “ Ilmu Proyeksi Peta “.
POSISI TITIK
Posisi Titik disuatu tempat dinyatakan dengan :
1.Posisi Horizontal (x , Y )
2.Posisi Vertikal ( Z )
Posisi Horizontal ( di Permukaan Bumi )
Posisi Horizontal di permukaan bumi dinyatakan oleh perpotongan garis meridian dan garis paralel yang melalui titik tersebut, dimana posisi ini disebut dengan Posisi Geografis / Posisi Geodetis.
Garis Meridian adalah lingkaran besar yang melalui Kutub Utara dan Kutub selatan, dimana garis ini disebut dengan garis “ Bujur “. Refernsi untuk garis bujur adalah bujur 0, dimana garis meridian ini melewati kota Greenwich di England. Untuk bujur yang berada di Timur referensi disebut dengan Bujur Timur ( 0° s/d 180° BT ) dan yang berada di Barat referensi disebut dengan Bujur Barat ( 0° s/d 180° BT )
Symbol untuk meridian (bujur ) adalah £(lamda ).
Garis Paralel, adalah lingkaran – lingkaran kecil yang sejajar dengan lingkaran equator (Khatulistiwa ) Garis ini disebut “ Garis Lintang “. Referensi untuk Garis Lintang adalah lingkaran Equator ( Lingkaran besar yang membelah Bumi Utara – Selatan sama besar, atau disebut juga garis Khatulistiwa. Lintang yang berada disebelah utara equator (+) disebut Lintang Utara ( 0 – 90° LU ) dan yang berada di selatan (-) disebut Lintang Selatan (0 – 90° LS ), symbol yang dipakai adalh µ( phy ). Posisi titik dalam system ini (Bujur dan Lintang ) disebut dengan “ Sistem Koordinat Geodesi / Geogafi “ dengan symbol (lamda dan phy ).
Bidang Datar ( Peta )
Posisi Horizontal titik pada bidang dataran (bidang proyeksi ) dinyatakan dengan dengan system koordinat kartesien / kartesius / salib sumbu. Dimana Posisi Horizontal titik dinyatakan dengan absis ( x ) dan ordinat ( y ) atau merupakan perpotongan absis dan ordinat. Titik pangkal perpotongan absis dan ordinat yang dipakai sebagai referensi adalah titik ( 0, 0 ). Absis disebelah dari titik pangkal dinyatakan dengan harga plus ( + ) dan absis disebelah kiri dinyatakan dengan minus ( - ), demikian juga untuk ordinat yang berada disebelah utara / atas titik pangkal dinyatakan dengan harga plus ( + ) dan yang berada disebela selatan / bawah dinyatakan dengan harga minus ( - ). Absis dan Ordinat ini disebut “ Koordinat Proyeksi “.
Ketentuan – ketentuan yang berlaku dalam Ilmu Ukur Tanah terhadap system Koordinat Kartesius.
1.Sumbu Y Positif dihitung kearah Utara dan Negatif kearah Selatan.
2.Sumbu X Positif dihitung kearah Timur dan Negatif kearah Barat.
3.Kwadran I terletak diantara X Positif dan Y Positif.
4.Kwadran II terletak diantara X Positif dan Y Negatif.
5.Kwadran III terletak diantara X Negatif dan Y Negatif.
6.Kwadran IV terletak diantara X Negatif dan Y Positif.
Posisi Vertikal (di Bumi adanya dibidang datar )
Posisi Vertikal suatu titik adalah ketinggian titik tersebut dari suatu bidang referensi. Bidang referensi vertkal yang umum digunakan adalah permukaan laut rata – rata. ( Mean Sea Level / MSL ). Lambang yang sering dipergunakan adalah H.
03 Juni 2009
PEMETAAN
Pemetaan adalah suatu proses yang dilakukan guna mendapatkan informasi (posisi detail unsur alam/buatan) pada suatu areal, yang disajikan pada suatu bidang datar(bidang referensi)dengan skala serta menggunakan simbol-simbol tertentu .
Hasil akhir dari suatu kegiatan pemetaan adalah "peta".
Proses Pemetaan secara umum adalah:
PENGAMBILAN DATA(Pengukuran)>PENGOLAHAN DATA(Hitungan)>PENYAJIAN DATA(Penggambaran)
A.PENGAMBILAN DATA(PENGUKURAN)
Maksud Pengukuran adalah menentukan posisi (Horizontal dan Vertikal) titk-titik di permukaan bumi. Titik-titik yang diukur dikelompokka dalam dua kelompok, yakni : Titik Kerangka Dasar (Titik Poligon Situasi) dan Titik Detail.
Titik Kerangka Dasar, yakni titik-titik dengan kerapatan tertentu dimana dari titik-titik tersebut akan dilakukan pengukuran selanjutnya (pengukuran poligon situasi dan pengukuran detail).
Macam atau jenis dari titik kerangka dasar adalah kerangka dasar horizontal dan kerangka dasar vertikal. Kegunaan dari titik-titik ini adalah untuk menentukan posisi titik-titik lainya. Di lapangan Titik kerangka dasar dapat berupa patok kayu atau patok beton (Bench-Mark).
Titik Poligon Situasi, yakni titik-titik yang dibuat dengan tujuan memperapat titik-titik kerangka dasar guna mengambil (mengukur) detail semaksimal mungkin. Di lapangan titik ini dapat berupa titik tetap (BM) atau juga titik patok kayu.
Titik Detail yakni titik yang mewakili tentang suatu unsur (unsur alam maupun buatan), dimana bentuk detail ini umumnya nyata (Riil). Oleh karena itu di lapangan titik detail ini tak perlu diberi patok, kecuali detail tersebut akan direncanakan sebagai titik reverensi.
B. PENGOLAHAN DATA(Hitungan)
Maksud Pengolahan Data, yakni guna mendapatkan harga koordinat (posisi X,Y,Z) dari setiap titik ukuran, dimana proses hitungan dilakukan dengan menggunakan suatu metada tertentu.
C. PENYAJIAN DATA(Penggambaran)
Maksud Penyajian Data, yakni pemindahan data ukuran yang sudah dihitung (di olah) kepada suatu bidang datar (kertas) dengan menggunakan skala dan simbol-simbol tertentu yang disebut "Peta".
01 Juni 2009
ENLARGING AND REDUCING MAP SIZE
The significance of the scale of any map is immediately recognised when particular is to be enlarge or reduce. A small-scale map can not possibly show and roads can only be shown in a very generalized way which means that these features can not be measured to scale. A small-scale map can be enlarged to show more details and conversely, a large-scale map can be reduced.
Nowadays, maps can be enlarged or reduce in a number of ways, be is graphic or instrumental. One common method of enlarging and reducing map is the square method.
How to Reduce or Enlarge a Maps by the square Method
First cover the original map with a network of a square and note on one its sides and the bottom line, the number of the squares in numerical order.
GRID SYSTEM
Using latitudes and longitudes on a world map to locate the position of any place is a common method. However, this method is not accurate when applied to the Malaysian Topographical Series simply because the scale employed in this series is comparatively larger. To overcome this, a system of a grid lines is introduced so that instead of using latitudes and longitudes, we use Grid Squares as lines of reference. Every sheet of the Malaysian Topographical Series is lined with grid lines spaced at regular intervals. Each small grid square is a 1,000 yard square. Therefore the area of each small grid square is 1,000 x 1,000 square yqrds.
Every tenth grid line is emphasized by heavy print so that large grid square are formed. Each big grid square is a 10,000 yard square and its area therefore 10,000 x 10,000 square yards.grid lines (whether horizontal or vertical) are numbered accordingly from a point of origin in the south-west. Hence, o the Malaysian Topographical Sheets, the horizontal grid lines show the distance north of the point of origin whereas the vertical grid interpretation, these horizontal lines are called northings and the vertical lines easthng.
All
Nowadays, maps can be enlarged or reduce in a number of ways, be is graphic or instrumental. One common method of enlarging and reducing map is the square method.
How to Reduce or Enlarge a Maps by the square Method
First cover the original map with a network of a square and note on one its sides and the bottom line, the number of the squares in numerical order.
GRID SYSTEM
Using latitudes and longitudes on a world map to locate the position of any place is a common method. However, this method is not accurate when applied to the Malaysian Topographical Series simply because the scale employed in this series is comparatively larger. To overcome this, a system of a grid lines is introduced so that instead of using latitudes and longitudes, we use Grid Squares as lines of reference. Every sheet of the Malaysian Topographical Series is lined with grid lines spaced at regular intervals. Each small grid square is a 1,000 yard square. Therefore the area of each small grid square is 1,000 x 1,000 square yqrds.
Every tenth grid line is emphasized by heavy print so that large grid square are formed. Each big grid square is a 10,000 yard square and its area therefore 10,000 x 10,000 square yards.grid lines (whether horizontal or vertical) are numbered accordingly from a point of origin in the south-west. Hence, o the Malaysian Topographical Sheets, the horizontal grid lines show the distance north of the point of origin whereas the vertical grid interpretation, these horizontal lines are called northings and the vertical lines easthng.
All
30 Mei 2009
Introduction to Map Reading
Geography is the study of the inter-relationship of man and his physical environment. For such a study the map is useful tool, as it provides a survey of the distribution of the various geographical features over a large area. For example, the topographical map furnishes the student with detailed information of both the physical and cultural environment. Thus the student who knows hoe to interpret a map will be able to grasp the complex ideas of relationships derived from the different items depicted on the map.
Inasmuch as maps are source of information, they are also a means of presenting geographical data, and a supporting evidence in geographical writing.
To ensure that the student is able to make use a maps in both aspects, we will first introduce the fundamental concepts of map-work, particularly those of topographical maps.
SCALE
Scale implies a ratio. When we speak of the scale of a map, we are, in fact,speaking of the proportion which a length of the maps bears to the actual distance on the ground. For example, when we say that the scale of a map is one inch to a mile, we mean that the distance of one inch on the map is equal to one mile in actual distance on the ground Scales allows us to calculate distance between place depicted on maps.
A scale representing a shorter distance on the ground is said to be "larger" then one representing a longer distance.
A scale may be expressed in one of the following ways:
(i) In the form of a statement- " 1 inch to a 1 mile ".
(ii) By means of a linear or line scale
(iii) As a Representative Fraction (R.F)-- 1: 63,360 or 1/36,360. The numerator 1 indicates the measurement on the map while the denominator, 63,360, indicates the actual distance on the ground. Notice that the numerator is always a unity, 1, and no units of measurement are denoted. Representative Fractions can easily be converted into line scales and vice versa.
Example: 1
Find the Representative Fraction, if the scale given is 1 inch = 2 miles.
1 inch on the maps represents 2 miles on the ground.
* 1 inch on the map represents (2 x 1,760) yards or 3,520 yards on the ground.
To chage 3,520 yard into inches: 3,520 x 3 x 12 = 126,720 inches.
Example: 2
The Representative Fraction of the maps is 1:100,000.
What is the statement of scale in centimetres and and kilometres?
1 Centimetres on the map represents 100,000 centimetres on the ground.
Since 100 centimetres = 1 metre and
1,000 metres = 1 kilometre
* 1 centimetre of the maps reresents
100,000/(100x1,000) or1 kilometre.
*The scale is 1 centimetre to 1 kilometre.
Inasmuch as maps are source of information, they are also a means of presenting geographical data, and a supporting evidence in geographical writing.
To ensure that the student is able to make use a maps in both aspects, we will first introduce the fundamental concepts of map-work, particularly those of topographical maps.
SCALE
Scale implies a ratio. When we speak of the scale of a map, we are, in fact,speaking of the proportion which a length of the maps bears to the actual distance on the ground. For example, when we say that the scale of a map is one inch to a mile, we mean that the distance of one inch on the map is equal to one mile in actual distance on the ground Scales allows us to calculate distance between place depicted on maps.
A scale representing a shorter distance on the ground is said to be "larger" then one representing a longer distance.
A scale may be expressed in one of the following ways:
(i) In the form of a statement- " 1 inch to a 1 mile ".
(ii) By means of a linear or line scale
(iii) As a Representative Fraction (R.F)-- 1: 63,360 or 1/36,360. The numerator 1 indicates the measurement on the map while the denominator, 63,360, indicates the actual distance on the ground. Notice that the numerator is always a unity, 1, and no units of measurement are denoted. Representative Fractions can easily be converted into line scales and vice versa.
Example: 1
Find the Representative Fraction, if the scale given is 1 inch = 2 miles.
1 inch on the maps represents 2 miles on the ground.
* 1 inch on the map represents (2 x 1,760) yards or 3,520 yards on the ground.
To chage 3,520 yard into inches: 3,520 x 3 x 12 = 126,720 inches.
Example: 2
The Representative Fraction of the maps is 1:100,000.
What is the statement of scale in centimetres and and kilometres?
1 Centimetres on the map represents 100,000 centimetres on the ground.
Since 100 centimetres = 1 metre and
1,000 metres = 1 kilometre
* 1 centimetre of the maps reresents
100,000/(100x1,000) or1 kilometre.
*The scale is 1 centimetre to 1 kilometre.
22 Mei 2009
A BRIDGE
As a bridge plays a very important role for connecting one area and another area by providing a way for people, animals and vehicles across a river, canal, railway, or others alike, people and government have been building many types of bridges; from the very simple and cheap until the very expensive and sophisticated ones.
In small villages, bridges are usually only made of bamboos or logs. Of course, they are not strong enough but still very useful. They are used mostly by people and small animals like sheep. The heaviest burdens are perhaps farmer carrying fruit or vegetables on their shoulders. They go to the markets to sell their fruits or vegetables from their gardens. Big animals like cows or buffaloes usually pas under these bridges because the shepherds know that bridges can not bear too heavy burdens, besides can bathe their cattle in the river while driving them back home.
While the bridges in small towns or in agriculture areas where the people need car or small trucks to transport their crops to towns in harvesting season are usually concrete bridges which are made from cement, coarse aggregate (stones and gravel), fine aggregate (sand ) and water. These bridges are certainly much stronger than bamboo or wooden and they can bear much heavier burdens. Cars and trucks can pass over these bridges.
In cities or areas where many big and large vehicles pass by, the bridges are not only made of concrete but also steel. The examples of these bridges are a steel arch bridge, a suspension bridges,a bailey bridges,and so on. Buildings these kinds of bridges need a quantity or money and sophisticated technology. But most people will be able to benefit from this investment a relatively long time.
In small villages, bridges are usually only made of bamboos or logs. Of course, they are not strong enough but still very useful. They are used mostly by people and small animals like sheep. The heaviest burdens are perhaps farmer carrying fruit or vegetables on their shoulders. They go to the markets to sell their fruits or vegetables from their gardens. Big animals like cows or buffaloes usually pas under these bridges because the shepherds know that bridges can not bear too heavy burdens, besides can bathe their cattle in the river while driving them back home.
While the bridges in small towns or in agriculture areas where the people need car or small trucks to transport their crops to towns in harvesting season are usually concrete bridges which are made from cement, coarse aggregate (stones and gravel), fine aggregate (sand ) and water. These bridges are certainly much stronger than bamboo or wooden and they can bear much heavier burdens. Cars and trucks can pass over these bridges.
In cities or areas where many big and large vehicles pass by, the bridges are not only made of concrete but also steel. The examples of these bridges are a steel arch bridge, a suspension bridges,a bailey bridges,and so on. Buildings these kinds of bridges need a quantity or money and sophisticated technology. But most people will be able to benefit from this investment a relatively long time.
14 Mei 2009
MENGGAMBAR KONTUR
KONTUR adalah suatu garis yang digambarkan diatas bidang datar melalui titik –titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi tertentu. Garis ini merupakan tempat kedudukan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama terhadap suatu bidang referensi. Selisih tinggi antara dua kontur yang berdekatan disebut dengan “Interval Kontur”.
Sebagai contoh nyata dari kontur dapat dilihat :
* Garis pantai laut
* Garis pantai ditepi danau
Kegunaan kontur diantaranya:
*) Untuk mengetahui bentuk Topografi (relief) permukaan tanah
*) Untuk hitungan volume galian dan timbunan
*) Untuk hitungan volume kosong untuk daerah yang akan digenangi air (waduk)
*) Perencanaan jalan raya, jalan kereta Api atau saluran Irigasi
Adapun langkah –langkah dalam penggambaran Kontur (sesudah mendapatkan data ukuran yang didapat di lapangan), antara lain:
1.Membuat File Baru (pada menu file->pilih New), keluar kotak
New Drawing : Project Base
a) Ketik nama gambar(Drawing Name)
b) Pilih Direktori yang diinginkan dengan Browse
c) Klik pada Create Project, muncul berupa kotak dialog Project Details
d) Pilh pada kotak Prototype dan isi dengan default (meter)
e) Ketik nama Proyek/File pada kotak Project Information/Name
f) Klik O.K
2. Mengatur Format Data base titik
Setelah membuat File baru yang diakhiri dengan klik o.k, kemudian muncul kotak CREATE POINT data base silakan ketik o.k -> Komputer akan memproses sebentar kemudian muncul kotak Land Settings : untuk melakukan Penggmabaran secara bertahap.
Pilih skala 1:1000, klik->next, muncul kotak Units.
Pilih : meter Linier : 3
: Degrees Elevation : 3
: Nort Azimuth Coordinate : 3
Angular : 4
Klik ->next, akan muncul kotak pengaturan skala(scale): misal diisi
Horizintal:1:1000
Vertikal :1:100
Klik->next, akan muncul kotak zone, Klik->next, akan muncul kotak: Orientation,
tentukan titik pusat koordinat, misal: Northing, Easting, pilih Nort Rotation, misal
Angle: 0.000, klik->next, muncul kotak Text Style, misal Klik Standard, klik->next
Klik->Finish, Klik->O.K
3. Pengaturan Model Koordinat
Klik->Point, Point Settings->muncul kotak Point Settings, klik->Coord, pilih model koordinat dengan klik->Easting-Northing
4. Pengaturan Bentuk dan Ukuran Titik
Klik->Marker, pilih misal tanda + size, misal: 0.5
5. Pengaturan Warna Text Titik Ukur
Klik->Text, misal: Number, Elevation, Description, Klik->O.K
6. Mendudukan Titik Ukur Cara dengan Koordinat
Klik->Point->Create Points, pilih dengan Klik->Northing/Easthing
Pada perintah Ketikan(Command) masukan Koordinat E, N atau X, Y satu-persatu.
1. Easting : ketikkan absis E
2. Northing : ketikkan ordinat N
3. Description : ketikkan: misal A
4. Elevation : ketikkan: elevasinya
7. Pembuatan Surface Baru
Klik->Terrain->Terrain Model Explorer, muncul kotak Terrain Model Explorer, lalu klik->Folder Menu->Terrain->klik kanan, muncul Create New Surface->hingga muncul Surface 1 pada kolom Surface Name dibagian kanan gambar.
Klik kanan pada Surface 1 pada kolom Surface Name dibagian kanan gambar.
Klik kanan pada Surface 1 dan klik Rename, muncul kotak Rename Surface, beri nama baru, klik O.K.
8. Memasukkan Data Titik Ukur
1. Klik pada tanda[+] disebelah kiri Terrain dan klik tanda[+] disebelah kiri nama
Surface.
2. Klik pada Points Files
3. Klik Add Points from Autocad Ojects dan klik Points, lalu masukan points.
4. Pada Command ketik E tekan enter, lalu ketik All tekan enter 2 kali.
5. Hingga muncul nama Surface File dan tanggal pembuatan pada kolom modified.
9.Memasukkan Data Kontur
1. Klik kanan pada nama Surface, lalu klik Build, akan muncul kotak Build Surface
2. Klik kotak kecil pada Use point file data sedangkan kotak lainnya dikosongkan
3. Klik Apply dan klik O.K, akan muncul Build Progress
4. Klik O.K, akan ada data kontur(angka elevasi dan koordinat pada kotak sebelah
kanan bila data kontur sudah masuk.
5. Tutup kotak dialog dengan klik pada tanda silang pojok kanan atas[X] atau closed.
10.Melukis Garis Kontur
1). Klik Terrain pada menu bar dan klik Create Contours
2). Pilih Surface Name yang telah dibuat sebelumnya pada kotak samping kanan Surface
3). Klik O.K maka akan muncul kembali layer ALD yang berupa sebaran titik ukur
4). Klik Kemudian klik enter dan akhirnya akan terlihat sebaran titik ukur yang sudah
terlukis garis konturnya.
11.Untuk memperhalus kontur, klik Terrain->pilih Contour Style Manager , akan muncul
kotak Contur Style Manager.
12.Klik Contour Appearance di sudut kiri atas dan lihat kotak dibawah Smoothing
Options, disitu tertera pilihan untuk memperhalus bentuk kontur.
13.Umumnya dipilih yang tengah yakni add vertice dengan nilai kelengkungan 5 dan
akhiri dengan klik O.K. Gambar kontur akan relatif lebih halus (lebih lengkung).
14.Label Kontur, yaitu angka ketinggian kontur supaya dapat ditampilkan pada garis
konturnya, proses yang dapat dilakukan sebagai berikut:
*) Klik Terrain->Contour Labels, pilh Group Interior->akan muncul kotak Contour
Labels-Increments.
*) Pilh angka pada kotak Elevation Increment untuk angka label yang dikehendaki
misalnya : 1, berarti angka label setiap interval 1 meter, dan klik O.K.
*) Pada perintah ketik (Command) muncul tulisan Start Point:,
*) Dengan kursor pilih titik awal penempatan label kontur dan klik pada titik tersebut,
*) Pada perintah ketik (Command) muncul tulisan: End Point:
*) Sekali lagi dengan kursor pilih titik akhir penempatan label Kontur dan klik pada
titik tersebut.
*) Ulangi meletakkan label pada tempat (titik) lain dengan cara diatas.
*) Akhiri perintah dengan tekan enter maka akan muncul gambar kontur dengan
labelnya.
Catatan :
Semakin lengkung kontur belum tentu lebih baik, biasanya malah garis konturnya dapat saling bertabrakan, sehingga secara kartografis tidak dapat dibenarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)